Menyemai Pohon Lerak
( Ari Puspitaningrum, Kepala Kultur Jaringan PP BPDAS-PJ, tampak sedang mengobservasi hasil multiplikasi pohon lerak. Doc. Hasil Kunjungan Lapangan, Selasa, 14 Februari 2017) |
Persemaian Permanen Kemenhut Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Pemali Jratun Jepara, baru-baru ini sedang membudidayakan pohon lerak
melalui kultur jaringan di laboratorium terbatas. Budidaya benih melalui kultur
jaringan ini menjadi jawaban dari kelangkaan pohon lerak di hutan Indonesia.
Terlebih, pohon lerak menjadi bahan deterjen tradisonal yang ramah lingkungan.
Sapindus rarak De
Candole atau Mukorossi, atau dikenal juga sebagai rerek atau lamuran
adalah tumbuhan yang kegunaan bijinya dipakai untuk deterjen tradisional. Langkah ini menjadi kabar gembira bagi pengrajin batik, karena sebentar lagi para pengrajin dapat budidaya pohon lerak untuk kemudian di buat menjadi bahan deterjen tradisional untuk batik. Karena batik biasanya dianjurkan untuk dicuci dengan lerak
karena dianggap sebagai bahan pencuci paling sesuai untuk menjaga kualitasnya
(warna batik).
Menurut Mbak Ari Puspitaningrum, Kepala Kutlur Jaringan Persemaian
Permanen BPDAS-PJ, ada enam langkah teknik perbanyakan tanaman dengan teknik
kultur jaringan pohon lerak. Pertama,
pembuatan media. Kedua, menginisiasi atau pengambilan eksplan dari bagian
tanaman yang akan dikulturkan. Dalam inisiasi, bagian tanaman yang sering
digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. Ketiga, sterilisasi
adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang
melakukan kultur jaringan juga harus steril. Keempat, melakukan multiplikasi
yaitu kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media.
Kelima, pengakaran atau fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan
akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan
dengan baik. Pada proses ini pula, pengamatan dilakukan setiap hari untuk
melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Dan terakhir, aklimatisasi atau
kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pada tahap
inilah, pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup.
Sumber: www.wartarembang.com