Home » Archive for Februari 2017
Layanan Bibit Persemaian Permanen BPDAS-PJ
(Bunner skema permohonan bibit yang terpampang di lokasi Persemaian Permanen BPDAS-PJ, Dok. Hasil Kunjungan Lapangan, Selasa 14 Februari 2017) |
Kementerian Kehutanan, melalui Pengelola Administrasi Persemaian
Permanen BPDAS-PJ, berkomitmen melayani
kebutuhan bibit untuk hutan rakyat. Beragam jenis bibit tersedia di sini. Jika Anda
berminat, cara mendapatkan bibit tanaman hutan ini cukup mudah. Berikut langkah-langkah
permohonannya.
Menurut Heri Purwanto, Staf Pengelola Teknis Persemaian Permanen BPDAS-PJ, ada lima tahapan yang harus
dilakukan dalam permohonan bibit di PP
BPDAS-PJ. Pertama, mengajukan proposal permohonan bibit ke BPDASHL Pemali
Jratun. Proposal harus mencantumkan
permohohan jenis dan jumlah bibit , koordinat tempat lokasi penanaman, dan
contact parson (telp hp). Kedua, proposal akan diseleksi secara selektif untuk
mendapatkan konfirmasi dari BPDASHL Pemali Jratun. Ketiga, proposal yang lolos
seleksi, pemohon akan dihubungi pihak PP BPDASHL Pemali Jratun untuk segera pengambilan
bibit. Pada saat pengambilan bibit, pemohon harus mengisi blangko permohonan
dan surat pernyataan dan juga menyertakan fotocopy kartu tanda penduduk.
(Lokasi kantor Persemaian Permanen BPDAS-PJ yang berada di Bangsri, Jepara, Jawa Tengah. Dok. Hasil Kunjungan Lapangan, Selasa 14 Februari 2017) |
Pemohon bibit sedang dilayani pihak Persemaian Permanen BPDAS-PJ. Dok. Hasil Kunjungan Lapangan, Selasa 14 Februari 2017) |
( Pihak Persemaian Permanen BPDAS-PJ sedang memilih bibit di demplot, sesuai dengan blangko permohohan jenis dan jumlah bibit yang di ajukan. Dok. Hasil Kunjungan Lapangan, Selasa 14 Februari 2017 ) |
( Pihak Persemaian Permanen BPDAS-PJ sedang memilih bibit di demplot, sesuai dengan blangko permohohan jenis dan jumlah bibit yang di ajukan. Dok. Hasil Kunjungan Lapangan, Selasa 14 Februari 2017 ) |
Demplot dan Rekayasa Mentalitas Petani Hutan Kita
Pagi itu, Mas Agus Riyanto, Staf Pengelola Administrasi Persemaian Permanen BPDAS-PJ, tampak gelisah. Bagaimana tidak, hasil penyemaian bibit di Ruang Rumah Kaca tidak banyak dilirik masyarakat. Ribuan bibit hasil semai rumah kaca harus parkir dengan sabar. Para petani cenderung cenderung tidak tertarik ragam bibit dengan media tray semai ini. Petani lebih suka bibit yang tersedia di polybag. Menurut mas Agus, para petani masih belum yakin dengan bibit hasil produksi rumah kaca dengan media tray.
Agus menuturkan, para petani kerap tidak yakin dengan bibit dari produksi benih rumah kaca. Menurut Staf Pengelola Administrasi ini, bibit semai yang dihasilkan dari rumah kaca relatif stabil dari kontaminasi bakteri dan jamur. “Jika bibit semai ini sudah di over spin pada media yang tepat, pertumbuhannya jauh lebih cepat dari bibit semai dari polybag, hanya saja petani belum yakin tentang hal itu.”, tandasnya. Perihal ini, Agus menduga tidak hanya persoalan akses informasi terhadap bibit semai rumah kaca. Agus meduga, ada mental unik, yaitu terbiasa manja untuk dilayani saat berada di Persemaian Permanen BPDAS-PJ.
Selain melakukan over spin, dalam menyikapi stok semai bibit yang ada di Rumah Kaca yang tidak dilirik petani, pihak Persemaian Permanen BPDAS-PJ juga sudah membuat demplot (demontration plot). Demplot ini akan difungsikan untuk membangun struktur pengetahuan petani, bahwa semai bibit yang hasil dari Rumah Kaca, tidak kalah hasil semai bibit konvensional. “Melihat permintaan bibit hutan rakyat yang semakin meninggi, tindakan semai bibit kultur jaringan dan media polycup cocopit rumah kaca, tetap kami lakukan. Hal ini semata-mata untuk memenuhi permintaan bibit agar hutan rakyat di Jawa Tengah ini, tertanami semuanya,” pungkas Agus Riyanto.
Sumber: www.wartarembang.com
Menyemai Pohon Lerak
( Ari Puspitaningrum, Kepala Kultur Jaringan PP BPDAS-PJ, tampak sedang mengobservasi hasil multiplikasi pohon lerak. Doc. Hasil Kunjungan Lapangan, Selasa, 14 Februari 2017) |
Persemaian Permanen Kemenhut Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Pemali Jratun Jepara, baru-baru ini sedang membudidayakan pohon lerak
melalui kultur jaringan di laboratorium terbatas. Budidaya benih melalui kultur
jaringan ini menjadi jawaban dari kelangkaan pohon lerak di hutan Indonesia.
Terlebih, pohon lerak menjadi bahan deterjen tradisonal yang ramah lingkungan.
Sapindus rarak De
Candole atau Mukorossi, atau dikenal juga sebagai rerek atau lamuran
adalah tumbuhan yang kegunaan bijinya dipakai untuk deterjen tradisional. Langkah ini menjadi kabar gembira bagi pengrajin batik, karena sebentar lagi para pengrajin dapat budidaya pohon lerak untuk kemudian di buat menjadi bahan deterjen tradisional untuk batik. Karena batik biasanya dianjurkan untuk dicuci dengan lerak
karena dianggap sebagai bahan pencuci paling sesuai untuk menjaga kualitasnya
(warna batik).
Menurut Mbak Ari Puspitaningrum, Kepala Kutlur Jaringan Persemaian
Permanen BPDAS-PJ, ada enam langkah teknik perbanyakan tanaman dengan teknik
kultur jaringan pohon lerak. Pertama,
pembuatan media. Kedua, menginisiasi atau pengambilan eksplan dari bagian
tanaman yang akan dikulturkan. Dalam inisiasi, bagian tanaman yang sering
digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas. Ketiga, sterilisasi
adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang
melakukan kultur jaringan juga harus steril. Keempat, melakukan multiplikasi
yaitu kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media.
Kelima, pengakaran atau fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan
akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan
dengan baik. Pada proses ini pula, pengamatan dilakukan setiap hari untuk
melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Dan terakhir, aklimatisasi atau
kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pada tahap
inilah, pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup.
Sumber: www.wartarembang.com
Blog Penelitian Antropologi
Suhadi Rembang
pada Jumat, 03 Februari 2017
Langganan:
Postingan (Atom)